Banyak hal yang
terjadi di ramadan tahun 2017 ini, Alhamdulillah membuatku bisa lebih dekat
dengan keluarga, tidak seperti puasa ramadan tahun sebelumnya yang membuatku
jarang berbuka puasa bersama keluarga di rumah karena banyaknya undangan buka bersama
dari para teman sekolah dan komunitas. Bahkan, pergi ke luar rumah selama bulan
ramadan tahun inipun bisa dihitung dengan jari, tapi tak membuatku ragu untuk bercerita tentang keseruan puasa ramadan kali ini.
pemandangan dari lantai 19 menara asmaul husna,
terlihat jelas dari atas bentuk MAJT
Sore itu, Aku
sama Kinan janjian untuk ngabuburit dan buka puasa bareng, akhirnya tempat yang
kita tuju sore itu adalah salah satu tempat paling ikonik di Semarang, Masjid
Agung Jawa Tengah. Masjid Agung Jawa Tengah memang bukan masjid tertua yang ada
di Semarang, karena baru dibangun pada tahun 2002 dan baru diresmikan pada
tanggal 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Masjid Agung Jawa
Tengah ini dibangun tidak hanya untuk tempat ibadah tetapi juga sebagai objek
wisata religius. Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya aritektural
campuran Jawa, Islam, dan Romawi. Hal itu terlihat dari atap masjid yang
berbentuk limas khas bangunan Jawa dan dibagian ujungnya terdapat kubah besar
dengan 4 menara di tiap penjuru atapnya sebagai bentuk masjid universal islam,
dan gaya Romawi terlihat dari 25 pilar yang ada di pelataran masjid yang
dihiasi kaligrafi yang menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul.
Oh ya, Aku sama
Kinan juga main ke Menara Asmaul Husna yang tingginya 99 Meter dengan membayar
tiket masuk sebesar Rp 7500 saja, sudah bisa naik hingga ke lantai 19 dan melihat
pemandangan Kota Semarang dari ketinggian. Tidak hanya melihat pemandangan dari
atas saja, di menara ini juga terdapat Museum Kebudayaan Islam yang
menceritakan tentang perkembangan Islam di Jawa Tengah yang terletak di lantai
2 dan 3, serta di lantai dasar terdapat studio radio Dais. Sebenarnya, di
lantai 18 terdapat kafe putar, sayang sekarang sudah tutup. Masjid ini
mempunyai luas 10 Hektare (Ha) dan berlokasi di Jalan Gajah Raya No. 128, Sambirejo,
Gayamsari.
salah satu pemandangan Kota Semarang dilihat dari ketinggian
Puas melihat
pemandangan Kota Semarang dan mengeksplore masjid ini, kita menuju ke Semawis
dengan tujuan mencari takjil sebagai makanan ringan berbuka puasa, sesampainya
di Semawis aku kebingungan membeli jajanan karena banyaknya penjual dan
berbagai macam jajanan hits yang ada di Kota Semarang digelar di sini. Mulai dari
Tahu Petis, DumDum Thai Tea, Lekker, Aneka Dimsum, Bakso Tempura,ES Conglik, bahkan
Telur lilit khas jajanan kita jaman SD ada di sini. Akhirnya pilihan pertama
kita jatuh kepada Wedang Tahu khas Semarang, pusatnya berada di Jalan Gajahmada
(Emperan toko roti Swiss), minuman khas Semarang tempo dulu ini berbahan air
jahe panas dicampur dengan sari tahu. Wedang tahu ini juga berkhasiat untuk
menurunkan kolesterol dan air jahenya untuk meredakan masuk angin, seporsi
wedang tahu ini bisa ditebus dengan harga 7ribu saja.
Setelah berbuka dengan wedang tahu, kita juga jajan ayam crispy yang ditaburi bumbu dan dipotong kecil-kecil, setelah itu kita tutup dengan ES CONGLIK!!!
wedang tahu, anget-anget enyoy!
Setelah berbuka dengan wedang tahu, kita juga jajan ayam crispy yang ditaburi bumbu dan dipotong kecil-kecil, setelah itu kita tutup dengan ES CONGLIK!!!
ayam krispi, seporsi berdua karena buanyak banget
Es Conglik ini
bisa dibilang es puter yang melegenda di Kota Semarang. Es puter ini sudah ada
di Semarang sejak tahun 1944, dan dinamakan Es Puter Conglik karena penjual es
puter ini dulunya seorang kacong cilik (pembantu kecil). Es puter favorit
kebanyakan orang Semarang itu rasa durian, kelapa muda, kopyor dan kelengkeng,
tapi waktu kemarin hanya ada rasa coklat, vanilla, kelapa muda, dan durian. Seporsi
es conglik lengkap dengan siwalan, mutiara, jelly membuat es conglik ini kaya
rasa dan segar untuk cuaca Semarang yang panas. Duriannya sangat berasa apalagi
kelapa mudanya, kelihatan kan di foto juga ada daging kelapa muda. Seporsi es
conglik bisa ditebus dengan 15 ribu saja.
es conglik yang menggoda, hmmm
Setelah
dari Semawis dan sebelum kita makin kalap, kita akhirnya menuju ke Nasi Pindang
Kudus dan soto sapi Gajahmada. Kalian tahu nasi pindang nggak? Aku biasanya
suka keliru antara nasi pindang dengan nasi gandul, karena keduanya sangat
enak! #eh #apasih
Nasi
pindang yang disajikan di sini berupa nasi dengan kuah hitam, yang ditambah
dengan suwiran daging sapi serta daun melinjo dan ditambah taburan bawang goring
di atasnya, ubo rampe yang tersedia di meja yaitu kerupuk udang, tempe dan
perkedel. Penyajian nasi pindang pun tidak langsung di piring melainkan dialasi
dengan daun pisang sangat mirip dengan nasi gandul. Seporsi nasi pindang ini dihargai
17 ribu.
Sampailah kita di penghujung hari, karena sudah berburu takjil serta makan berat dan waktu yang menunjukkan jam 8 malam membuat kita menyudahi jalan-jalan hari ini. sekian tulisan #KulinerRamadan kali ini, ciaooo
Nasi Pindang Kudus Gajahmada
Sampailah kita di penghujung hari, karena sudah berburu takjil serta makan berat dan waktu yang menunjukkan jam 8 malam membuat kita menyudahi jalan-jalan hari ini. sekian tulisan #KulinerRamadan kali ini, ciaooo
Tidak ada komentar
Mari berkomentar yang baik yaaaa