Sekelumit Cerita tentang Bawaslu dan Kampung Sadar Pemilu

15 komentar

Minggu terakhir di November, aku diajak Kak Resi untuk meliput acara Bawaslu di daerah Sunter, kebetulan banget hari itu aku ada di sawangan, depok. Akhirnya berjalanlah aku dari selatan menuju utara, hehe. Karena jam yang mepet, aku turun di stasiun kota untuk kemudian aku menggunakan ojek online sampai sunlake hotel.
Badan Pengawas Pemilihan Umum atau  Bawaslu kini tidak hanya melakukan pengawasan saat proses pemilihan suara berlangsung saja. Bawaslu kini melakukan pendekatan melalui kebudayaan untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menggunakan hak suara mereka dalam pemilu. Hal ini diketahui saat “Acara Sosialisasi Pengembangan Pengawasan Partisipatif Melalui Sarana Kebudayaan” oleh Bawaslu Kab. Adm Kepulauan Seribu pada 29 November lalu di Hotel Sunlake, Jakarta.
 Kebudayaan Kepulauan Seribu
Bawaslu Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu menunjukkan keberhasilannya sebagai kabupaten yang memiliki kesadaran partisipasi yang tinggi saat pemilu lalu. Untuk itu Kab. Adm. Kepulauan Seribu menjadi contoh yang baik dan perlu disebarluaskan keberhasilan mereka melalui pertunjukan seni budaya khas Kepulauan Seribu yang menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta.

Perang pantun
Aku kagum dengan budaya Betawi yang dilakukan langsung saat pembukaan acara, Ketua Bawaslu DKI Jakarta, Muhammad Jufri dan Ketua Bawaslu Kab. Adm Kepulauan Seribu, H. Syaripudin diarak bersama iringan orang berpakaian adat Betawi. Arakan Betawi itu disambut dengan pantun yang bersambut pantun kembali.

Setelah perang pantun berakhir, terjadi duet bela diri. Acara riuh melihat bela diri khas Betawi berlangsung. Arakan diakhiri dengan shalawat karena mayoritas penduduk kepulauan seribu beragama Islam. Semua bergembira, berbagi kebahagiaan bersama dan aku melihat kekompakan dan persaudaraan yang kuat di sini. 
Bawaslu menjadikan pendekatan kebudayaan menjadi sebuah program tetapnya. Pendekatan kebudayaan seperti ini sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan. Indonesia kaya akan keberagaman dan adat istiadatnya yang dibaliknya tersimpan makna sejati dari para leluhur.
Pendekatan kebudayaan juga dilakukan untuk memberikan inspirasi serta keberanian dalam melaporkan pelanggaran dalam proses pemilihan suara selain untuk memberikan kesadaran saat pemilihan suara. Masyarakat dirasakan perlu untuk mendapatkan pemahaman bahwa untuk menjadi seorang pelapor dalam proses pemilihan suara sesungguhnya adalah wujud mendirikan demokrasi di Indonesia. Dengan menjadi warna negara Indonesia yang baik suda sepatutnya untuk bersama mengawal segala proses yang bisa membangun Indonesia maju.
Bila tidak mau dicap sebagai pelapor, juga bisa dengan cara menginformasikan secara nyata segala sesuatu yang terjadi saat proses pemilihan suara.  Nyatakan proses berjalan secara adil dan jujur. Jika dirasa ada kejanggalan segera informasikan. Jangan sampai dengan pembiaran kejanggalan tersebut bisa merusak hasil pemilihan suara. Hasil suara yang tidak jujur bisa merugikan semua warga negara Indonesia. Sepele mungkin bagi sebagian orang tetapi tidak untuk sebagian orang lainnya yang menginginkan Indonesia dengan pemimpin yang baik kepada bangsa dan negaranya.
Pendekatan melalui seni budaya memang terbilang efektif. Sosialisasi dengan lenong seperti yang dipertunjukkan oleh Sanggar Naga Pamungkas Rorotan membuatku berdecak kagum. Dengan membekali informasi seputar program Bawaslu maka pemain lenong bisa menyampaikan informasi dengan cara yang segar melalui candaan Betawinya dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang tanpa menghilangkan ciri khas Betawinya.
Kampung Sadar Pengawasan Pemilu
Aku juga mengetahui bahwa Bawaslu ternyata juga membuat Kampung Sadar Pengawasan Pemilu di Kelurahan Cilangkap yang diresmikan pada  3 Desember 2019. Perlahan tapi pasti Bawaslu akan mendirikan kampung serupa di daerah lainnya di Indonesia. Ketua Bawaslu DKI Jakarta, M. Jupri mengharapkan masyarakat berpartisipasi aktif dalam mengawasi Pemilu agar proses pemilihan suara dapat berjalan dengan aman, adil dan damai

Sekian ya ceritaku, bagaimana dengan pemilu di daerahmu? Share yuk!

15 komentar

  1. programnya keren nih, semoga semakin banyak ya acara edukasi seperti ini karena memang positif biar semua berjalan aman dan tentram

    BalasHapus
    Balasan
    1. keren banget mbak, dan caranya juga asik banget, pengenalan budaya juga.

      Hapus
  2. Wah keren ya Bawaslu...memadukan budaya dan pendekatan edukasi pada masyarakat. Semoga makin banyak masyarakat yang sadar pemilu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. keren banget Mbak, heheu,,, asik banget ya bikin orang-orang sadar pemilu dengan cara yang lebih mudah.

      Hapus
  3. Erina jalan2nya jauh bgt niih, sampe Sunter segala...semoga di Semarang juga ada acara bergizi kayak gini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jauh banget, pakai nyasar juga, aku dari sawangan kemarin, bayangin aja dari selatan lho.. hahaha

      Hapus
  4. Tahun depan sepertinya akan ramai di daerahku karena mulai ada pilkada. Hm, semoga tertib dan aman..

    BalasHapus
  5. Wah, menarik juga ya. Keberadaan kampung seperti ini bisa menjadi salah satu menjaga perdamaian. Utamanya di momen-momen politik.
    Semoga di Lombok dan Sumbawa juga bisa lahir kampung seperti ini.

    BalasHapus
  6. Dengan adanya sosialisai dan masyarakat yang sadar pemilu semoga makin aman dan damai ya. Di seluruh Indonesia. Aamiin.

    BalasHapus
  7. Wah hebat juga ya programnya, inovatif. Semoga sukses kegiatannya dan Bawaslu semakin mampu melaksanakan tugasnya menagawal pemilu lebih adil.

    BalasHapus
  8. Bagus juga nih metode pendekatan yang dilakukan oleh Bawaslu ke masyarakat. Melalui pendekatan budaya gini, bakalan lebih efektif ya. Masyarakat tidak merasa diintervensi karena memang sejatinya Bawaslu ini butuh disupport untuk keberlangsungan pemilu yang jujur dan adil.

    BalasHapus
  9. Perang pantun yang good banget. Jadi sarana sosialisasi yang semoga lebih mudah diterima masyarakat. Anyway, welcome, pilkada! heueheu..

    BalasHapus
  10. Oke nih programnya Bawaslu. Seru ya lihat perang pantun... Aku belum pernah lihat langsung budaya khas Betawi ini... Penasaran

    BalasHapus
  11. Cara pendekatan yang dilakukan bawaslu sangat unik dan berhasil

    BalasHapus

Mari berkomentar yang baik yaaaa